Kamis, 02 April 2009

Indahnya Sebuah Cinta Sejati


Cinta. Kata yang begitu mudah terucap oleh generasi muda sekarang. Indahnya tak terkatakan, seakan seribu puisi pun tak kan mampu melukiskannya. Kenikmatan yang diperoleh saat mencinta, begitu dalam sedalam lautan dan begitu luas seluas langit diangkasa.
Hmm.. Apa benar begitu? Kalau kita lihat infotainment di TV setiap hari sepertinya justru bertolak belakang dari itu semua. Kita selalu disuguhi oleh kenyataan tentang indahnya cinta yang berubah menjadi petaka. Kemesraan yang ditebar dimedia, dirayakan dengan biaya ratusan juta dan diakhiri oleh para pengacara. Begitu luar biasa.. Keretakan rumah tangga, kekerasan antara pasangan suami istri, aborsi yang telah menjadi tradisi, dan tindakan kriminal lainnya yang merupakan buah dari cinta dan sering mengatasnamakan cinta. Sungguh jauh dari makna cinta yang sebetulnya adalah anugrah dari Sang Maha Pencipta.

Andai kita bisa berkaca pada kisah dibawah ini..

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi. Usia yang sudah senja bahkan sedah mendekati malam. Pak Suyanto, 58 tahun. Kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit, istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikaruniai 4 orang anak. Setelah istrinya melahirkan anak ke empat, disinilah awal cobaan menerpa, tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan, itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyanto memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Setelah anak-anak menikah, mereka tinggal dengan keluarga masing-masing. Pak Suyatno sudah lama memutuskan bahwa dia yang merawat ibu anak-anaknya dan yang dia inginkan hanya satu yaitu semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata "Pak, kami ingin sekali merawat ibu karena semenjak kami kecil, kami melihat bapak merawat ibu dan tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu". Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya: "Ini sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak. Dengan berkorban seperti ini kami tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu bergantian".
Pak Suyatno menjawab dengan jawaban yg tidak diduga anak-anak mereka : "Anak-anakku, jikalau hidup didunia ini hanya untuk nafsu mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah bahwa dengan adanya ibu kalian disampingku, itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian".... .. sejenak kerongkongannya tersekat, "Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta, yang tidak satupun dapat menggantikannya, dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?".. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang". " Kalian menginginkan bapak yg masih diberi Allah kesehatan ini, dirawat oleh orang lain ?" "Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit ?"
Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno dan merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata ibu Suyatno...dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber di acara islami selepas shubuh, Mereka mengajukan pertanyaan kepada pak Suyatno bagaimana caranya mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa. Di saat itu pak Suyatno menangis. Tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuanpun juga tidak sanggup menahan haru. Di situlah pak Suyatno bercerita :" Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai karena Allah, maka semuanya akan luntur. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan lahiriah saja, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu.." Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya, karena Allah... dan itu merupakan ujian bagi saya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit. Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya dapat bercerita kepada Allah. Di atas sajadah.. saya yakin.. hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..

Tidak ada komentar: